Selasa, 25 Juni 2013

Tentang Maulid ?

Pernyataan Abdullah Bin Baz bahwa memperingati
Maulid Nabi Muhammad saw adalah bid’ah.
Segala puji bagi Allah dan semoga shalawat
beriringan salam senantiasa tercurah untuk
meniti kesempurnaan iman 45
Rasulullah, keluarga, para sahabatnya dan untuk
seluruh orang yang mengikuti petunjuknya.
Banyak sekali orang yang bertanya tentang
hukum memperingati Maulid Nabi Saw dan berdiri
bersama ketika peringatan berlangsung serta
memberi salam kepada Nabi Saw dan hal lainnya
yang dilakukan orang – orang pada peringatan
tersebut.
Jawabannya: Tidak boleh memperingati hari
maulid Nabi saw dan maulid siapapun, karena hal
itu merupakan bid’ah yang diada – adakan dalam
agama. Rasulullah Saw, Khulafaurrasyidin dan para
Sahabat, begitu pula para tabi’in yang berada pada
kurun terbaik tidak pernah melakukannya.
Padahal mereka adalah orang yang paling
mengerti dengan sunnah dan orang yang paling
sempurna cintanya kepada Rasulullah Saw serta
paling konsisten dalam mengikuti syari’atnya
disbanding dengan orang–orang yang datang
setelah mereka.
Nabi Saw bersabda:“Barangsiapa yang
mengada – adakan dalam urusan agama kami
tanpa dasarnya maka hal itu akan ditolak (tidak
diterima)”.
46 meniti kesempurnaan iman
Dalam hadits lain beliau bersabda:
“Berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku
dan sunnah para Khulafaurrasyidin yang telah
mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah
dengannya dan hindarilah oleh kamu sekalian hal–
hal yang diada–adakan dalam agama, sesungguhnya
setiap hal yang diada–adakan itu adalah bid’ah
dan setiap bid’ah itu adalah sesat”.
Dua hadits ini merupakan peringatan yang
keras kepada kita agar tidak mengada – ada bid’ah
dan mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman di dalam Al Quran:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah” (Qs. Al Hasr: 7).
“Maka hendaklah orang – orang yang
menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa
cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (Qs. An
Nur: 63).
“ S e s u n g g u h n y a t e l a h a d a p a d a ( d i r i )
Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah” (Qs. Al Ahzab: 21).
meniti kesempurnaan iman 47
“Orang – orang yang terdahulu lagi yang
pertama – tama (masuk Islam) di antara orang
– orang Muhajirin dan Anshar dan orang – orang
yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga – surga
yang mengalir sungai – sungai di dalamnya,
mereka kekal di dalamnya selama – lamanya. Itulah
kemenangan yang besar”. (Qs. At Taubah: 100).
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-
Ku untukmu, dan telah Aku ridha Islam sebagai
agama bagimu” (Qs. Al Maidah: 3). Dan banyak
lagi ayat – ayat lain yang semakna dengan ini.
De n g a n me n g a d a – a d a k a n s ema c am
peringatan maulid, terkesan bahwa Allah Ta’ala
belum menyempurnakan agama untuk umat ini
dan Rasulullah Saw belum menyampaikan semua
yang patut diamalkan oleh mereka maka generasi
terakhir mengada – ada dalam agama sesuatu
yang tidak diizinkan oleh Allah dengan keyakinan
bahwa hal tersebut bisa mnedekatkan mereka
kepada Allah. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini
sangat berbahaya dan merupakan pembangkangan
48 meniti kesempurnaan iman
kepada Allah dan Rasul-Nya, karena Allah telah
menyempurnakan agama ini untuk para hamba-
Nya untuk mereka. Begitu pula Rasulullah Saw
telah menyampaikan risalahnya dengan sempurna.
Tidak ada satupun jalan yang membawa umat
ke surga, dan yang menjauhkan mereka dari api
neraka kecuali Rasulullah Saw telah terangkan
kepada mereka.
Di dalam hadits yang shahih dari Abdullah
bin Amr radiyallahu anhum, Rasulullah Saw
bersabda:
“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi
melainkan diwajibkan atasnya agar menunjukkan
umatnya kepada semua kebaikan yang diketahuinya
untuk mereka dan mengingatkan mereka (agar
menghindari) semua keburukan yang diketahuinya
bagi mereka” (HR. Muslim).
Telah dimaklumi bahwa Nabi kita Muhammad
Saw adalah Nabi terakhir dan yang paling mulia
serta Nabi yang paling sempurna nasehat dan
risalahnya.
Jikalau peringatan maulid ini termasuk ajaran
agama yang diridhai Allah Swt maka Rasulullah
Saw pasti menyampaikannya kepada umat atau
meniti kesempurnaan iman 49
melakukannya semasa hidupnya atau dilakukan
oleh para sahabat. Namun tidak ada satupun hal
tersebut yang terjadi. Ini berarti dalam ajaran
Islam dan merupakan hal yang diada – adakan
yang mana Rasulullah Saw telah mengingatkan
umat agar menghindarinya, sebagaimana telah
disebutkan pada dua hadits yang lalu dan hadits
– hadits lain yang semakna dengan itu, seperti
sabda Rasulullah Saw ketika khutbah Jum’at.
“Selanjutnya: Sesungguhnya sebaik – baik
perkataan adalah Al Quran, sebaik – baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad Saw, sejelek – jelek
perkara adalah hal – hal yang diada – adakan di
dalam agama (bid’ah), setiap bid’ah itu adalah
sesat” (HR. Muslim).
Sejumlah ulama secara tegas mengingkari dan
melarang peringatan maulid, berdasarkan kepada
dalil – dalil di atas dan dalil – dalil lainnya.
Sebagian ulama dari kalangan mutaakhirin
membolehkannya selama tidak mengandung hal
– hal yang munkar, seperti berlebihan dalam pujian
– pujian kepada Rasulullah, campur baur antara
laki – laki dan wanita, menggunakan alat – alat
musik dan hal – hal lain yang tidak dibolehkan
50 meniti kesempurnaan iman
oleh syara’. Mereka menganggap hal itu merupakan
bid’ah hasanah.
Padahal dalam kaidah syari’ah dikatakan
bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan manusia
wajib dikembalikan kepada Al Quran dan Sunnah,
Allah berfirman:“Hai orang–orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil
amri (pemimpin) diantara kamu, kemudian jika
kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (Sunnah) jika kamu benar–benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
(QS. An Nisa: 59).
Dan kita telah kembalikan masalah peringatan
maulid ini kepada Al Quran dan kita dapatkan
di dalamnya bahwa Allah memerintahkan kita
semua untuk mengikuti seluruh yang dibawa
oleh Rasulullah Saw dan mengingatkan kita agar
menjauhi semua yang dilarangnya. Al Quran juga
memberitakan kepada kita bahwa Allah Ta’ala telah
menyempurnakan agama untuk umat ini, sedangkan
peringatan maulid tidak termasuk dalam apa yang
dibawa oleh Rasulullah saw. Ini berarti ia tidak
meniti kesempurnaan iman 51
termasuk ajaran agama yang telah disempurnakan
Allah bagi kita dan Allah telah memerintahkan kita
semua untuk mengikuti Rasulullah Saw.
Kita juga telah kembalikan permasalahan
ini kepada Rasulullah Saw, kemudian kita tidak
mendapatkan bahwa beliau pernah melakukan atau
memerintahkannya.
Begitu pula para sahabat, mereka juga tidak
pernah mengamalkannya.
Dengan demikian kita ketahui bahwa ia
tidaklah termasuk ajaran agama kita tetapi hal
itu meruapkan bid’ah yang diada – adakan dan
mencontoh kaum Yahudi dan Nashrani dalam
perayaan – perayaan mereka.
Ma k a j e l a s l a h b a g i s i a p a s a j a y a n g
menginginkan yang haq bahwa perayaan maulid
bukanlah bagian dari ajaran Islam tetapi ia adalah
bid’ah yang dibuat – buat, yang mana Allah
dan Rasul-Nya telah memerintahkan kita untuk
meninggalkan dan menghindarinya.
Tidaklah patut bagi seseorang yang berakal,
tergiur dengan banyaknya orang yang melakukan hal
tersebut di berbagai belahan dunia. Sesungguhnya
ukuran kebenaran itu, bukanlah pada banyaknya
52 meniti kesempurnaan iman
jumlah orang yang melakukannya. Tetapi,
ukurannya adalah dalil – dalil syara’, sebagaimana
Allah berfirman tentang orang – orang Yahudi
dan Nashrani.
“Dan mereka (Yahudi dan Nashrani) berkata
“Sekali – kali tidak akan masuk surga kecuali orang
– orang (yang beragama) Yahudi dan Nashrani,
demikian itu hanya angan – angan mereka yang
kosong belaka”. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti
kebenaranmu jika kamu adalah orang–orang yang
benar” (QS. Al Baqarah: 111).
Allah berfirman: “Dan jika kamu menuruti
kebanyakan orang – orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah” (Qs. Al An’am: 116).
Di samping perayaan maulid tersebut adalah
bid’ah, biasanya ketika acara berlangsung banyak
mengandung kemunkaran lain, seperti campur baur
laki – laki dan wanita, nyanyian dan alat – alat
musik, minuman yang memabukkan, narkotika dan
lain sebagainya. Bahkan terjadi juga hal yang lebih
parah dari itu semua yaitu syirik akbar dengan
menunjukkan sikap yang berlebihan terhadap
Rasulullah Saw atau selainnya seperti para wali
meniti kesempurnaan iman 53
serta berdoa memohon pertolongan dan bantuan
kepadanya dan meyakini bahwa dia mengetahui
hal yang ghaib dan berbagai bentuk kekufuran
lainnya yang dicontoh oleh kebanyakan orang yang
menghadiri perayaan maulid Nabi Saw tersebut
dari orang – orang yang mereka sebut sebagai
wali – wali.
Di dalam hadits yang shahih Rasulullah Saw
bersabda:
“Hindarilah oleh kamu sekalian bersikap
ghuluw (berlebihan) dalam agama. Sesungguhnya
sikap ghuluw dalam agama itulah yang telah
menyebabkan hancurnya orang – orang yang
sebelum kamu”.
Dan Rasulullah Saw bersabda :
“Janganlah kamu sekalian berlebih – lebihan
dalam memujiku sebagaimana orang – orang
Nashrani berlebihan dalam memuji (Isa) putra
Maryam, maka ucapkanlah: Hamba Allah dan
Rasul-Nya”. (HR. Bukhari dari Umar radiyallahu
anhum).
Me r u p a k a n s u a t u h a l y a n g a n e h d a n
mengherankan bahwa banyak diantara manusia
yang rajin dan bersemangat dalam menghadiri
54 meniti kesempurnaan iman
perayaan – perayaan bid’ah tersebut. Bahkan
mereka membela dan mempertahankannya tapi
disisi lain mereka meninggalkan hal – hal yang
secara jelas diwajibkan Allah kepada mereka,
seperti menghadiri shalat Jum’at dan shalat
berjama’ah. Mereka tidak mengindahkannya dan
tidak menganggap bahwa mereka dengan demikian
telah berbuat kemunkaran yang besar.
Ini jelas sekali, disebabkan oleh kelemahan
iman serta minimnya pemahaman dan pengetahuan
terhadap agama, disamping hati yang kotor yang
telah dibalut oleh berbagai macam jenis dosa
dan maksiat. Hanya kepada Allah kita memohon,
keselamatan untuk kita dan seluruh kamu muslimin
di dunia dan akhirat.
Di antara hal yang aneh juga bahwa sebagian
mereka meyakini bahwa Rasulullah Saw hadir
bersama mereka dalam acara maulid tersebut.
Oleh karena itu mereka secara bersama
– sama berdiri untuk menyambut dan memberi
penghormatan kepada beliau. Ini merupakan
kebathilan dan kebodohan yang nyata karena
Rasulullah Saw tidak akan keluar dari kuburnya
sebelum hari kiamat dan selama itu beliau tidak
meniti kesempurnaan iman 55
akan berhubungan dengan siapapun dan tidak akan
hadir dalam pertemuan – pertemuan mereka. Akan
tetapi beliau akan tetap tinggal di kuburnya sampai
hari kiamat sedangkan ruh beliau berada di tempat
tertinggi di sisi Allah di tempat yang mulia.
Allah berfirman: “Kemudian kamu sekalian
setelah itu benar – benar akan mati, kemudian
sesungguhnya kamu sekalian pada hari kiamat akan
dibangkitkan (dari kuburmu)” (QS. Al Mukminun:
15-16).
Rasulullah Saw bersabda: “Aku adalah orang
pertama yang akan dibangkitkan dari kubur pada
hari kiamat dan aku adalah orang pertama yang
memberi syafa’at dan yang diizinkan memberi
syafa’at”.
Ayat dan hadits diatas, begitu pula ayat – ayat
dan hadits – hadits lain yang semakna dengannya
menunjukkan bahwa Nabi Saw and orang – orang
yang meninggal dunia lainnya akan dibangkitkan
dari kubur – kubur mereka pada hari kiamat.
Ini telah merupakan Ijma’ (kesepakatan) para
ulama.
Maka setiap muslim harus hati–hati dalam hal
ini, jangan sampai terjerumus kepada bid’ah bid’ah
56 meniti kesempurnaan iman
dan khurafat yang sengaja diada – adakan oleh
orang – orang jahil dan yang sejenis dengan mereka.
Hanya Allah tempat kita memohon pertolongan,
hanya kepada-Nya kita berserah diri dan tidak ada
daya dan upaya kecuali dengan izin-Nya.
Adapun mengucapkan shalawat dan salam
kepada Rasulullah saw adalah termasuk ibadah
dan amal shaleh yang paling afdhal (utama),
sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat – malaikat-
Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang–orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam kepadanya” (QS. Al Ahzab:
56).
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang
bershalawat kepadaku dengan satu shalawat
maka Allah akan bershalawat (memberi Rahmat)
kepadanya dengan sepuluh kali lipat”.
Shalawat tersebut disyari’atkan di setiap
waktu, terutama penghujung shalat. Bahkan
menurut sejumlah ulama.
Hukumnya adalah wajib pada tasyahhud akhir
dalam setiap shalat, dan sunah muakkad pada
beberapa waktu, diantaranya adalah setelah adzan,
meniti kesempurnaan iman 57
ketika disebut nama Nabi Saw, pada hari Jum’at
dan malamnya sebagaimana yang tertera dalam
banyak hadits yang shahih.
Semoga Allah memberi taufiq kepada kita
dan seluruh kamu muslimin untuk memahami dan
mendalami Islam, serta konsisten dengannya dan
menganugerahkan kepada kita semua kekuatan
untuk tetap berpegang teguh kepada sunnah dan
menjauhi bid’ah. Sesungguhnya Allah Maha
Pemurah dan Mulia.
Semoga shalawat dan salam senantiasa
tercurah untuk Nabi kita Muhammad, keluarga
dan para sahabatnya.
Tanggapan Habib Munzir Al Musawa
mengenai mereka yang mengingkari Maulid:
“Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw”.
Ketika kita membaca kalimat disamping maka
didalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat
ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian
kelompok muslimin, saya akan meringkas
penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika
dan syariah).
58 meniti kesempurnaan iman
Si f a t ma n u s i a c e n d e r u n g me r a y a k a n
sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah
keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya,
mereka merayakannya dengan pesta, mabuk
mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau
bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian
adat istiadat diseluruh dunia.
Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana
kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.
Allah merayakan hari kelahiran para Nabi-Nya:
• Firman Allah: “(Isa berkata dari dalam perut
ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari
kelahiranku, dan hari aku wafat, dan
hari aku dibangkitkan” (QS. Maryam:
33).
• Firman Allah: “Salam Sejahtera dari kami
(untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan
hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan”
(QS. Maryam: 15).
• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah
dikhitan (Almustadrak ala shahihain
hadits No.4177)
meniti kesempurnaan iman 59
• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari
ibunya yang menjadi pembantunya
Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda
Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia
(ibu Utsman) melihat bintang – bintang
mendekat hingga ia takut berjatuhan
diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya
terang – benderang keluar dari Bunda
Nabi saw hingga membuat terang
benderangnya kamar dan rumah (Fathul
Bari Almasyhur juz 6 hal 583).
• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi
beliau langsung bersujud (Sirah Ibn
Hisyam).
• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim
bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan
Nabi saw melihat cahaya yang terang
– benderang hingga pandangannya
menembus dan melihat istana - istana
Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6
hal 583) .
• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh
singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh
pula 14 buah jendela besar di Istana
60 meniti kesempurnaan iman
Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran
Persia yang 1000 tahun tak pernah padam
Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583).
Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan
oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul
menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt
telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah
saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula
membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabinabi
sebelumnya.
Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau
saw.
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di
hari senin, beliau saw menjawab: “Itu adalah hari
kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih
Muslim hadits no.1162) dari hadits ini sebagian
saudara-saudara kita mengatakan boleh merayakan
maulid Nabi saw asal dengan puasa.
Rasul saw jelas – jelas memberi pemahaman
bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw
daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah
hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak
meniti kesempurnaan iman 61
menjawab misalnya: “Oh puasa hari senin itu mulia
dan boleh – boleh saja..”, namun beliau bersabda:
“Itu adalah hari kelahiranku” menunjukkan bagi
beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai
tambah dari hari-hari lainnya.
Contoh mudah misalnya Zeyd bertanya pada
Amir: “Bagaimana kalau kita berangkat umroh
pada 1 Januari?” maka amir menjawab: “Oh itu
hari kelahiran saya”.
Nah.. bukankah jelas – jelas bahwa Zeyd
memahami bahwa 1 januari adalah hari yang
berbeda dari hari – hari lainnya bagi Amir? dan
Amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 Januari
itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir
ini termasuk orang yang perhatian pada hari
kelahirannya, kalau Amir tak acuh dengan hari
kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut–
nyebut bahwa 1 Januari adalah hari kelahirannya,
dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin
untuk merayakan kelahirannya.
Pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan
jawaban beliau saw yang lebih luas dari sekedar
pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir
tidak memerintahkan umroh pada 1 januari karena
62 meniti kesempurnaan iman
itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yang
berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya
dengan puasa saja maka tentunya dari dangkalnya
pemahaman terhadap ilmu bahasa.
Orang itu bertanya tentang puasa senin,
maksudnya boleh atau tidak? Rasul saw menjawab
hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari
kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi
beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa
dihari itu.
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk
yang perhatian pada hari kelahiran beliau saw,
karena memang merupakan bermulanya sejarah
bangkitnya islam.
Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw.
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra:
“Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..”
maka Rasul saw menjawab: “Silahkan..,maka Allah
akan membuat bibirmu terjaga” maka Abbas ra
memuji dengan syair yg panjang, diantaranya:
“… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari
kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga
meniti kesempurnaan iman 63
terang benderang, dan langit bercahaya dengan
cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu
dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami
terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain
hadits no.5417).
Kasih sayang Allah atas kafir yang gembira atas
kelahiran Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib
melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas
bertanya padanya:
“Baga imana ke ada anmu? ” Abu Laha b
menjawab: “Di neraka, cuma diringankan siksaku
setiap senin karena aku membebaskan budakku
Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul
saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan
Imam Baihaqi Alkubra hadits No.13701, Syi’bul
Iman No.281, Fathul Baari Almasyhur juz 11 hal
431).
Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam
barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah
siksanya atau menguranginya menurut kehendak
Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari
64 meniti kesempurnaan iman
senin karena telah gembira dengan kelahiran Rasul
saw dengan membebaskan budaknya.
Walaupun mimpi tidak dapat dijadikan hujjah
untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi
dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah
dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas
kebangkitan Nabi saw, maka tentunya hal itu
dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka
Imam - imam diatas yang meriwayatkan hal itu
tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu
benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan
mereka tidak mengingkarinya.
Lebih lagi hal itu teriwayatkan pada Shahih
Bukhari, dan sebagian para Muhadditsin pun
mengatakan:
”Tidak mudah untuk mengingkari hal ini,
karena Imam Bukhari meriwayatkan hal itu pada
shahih nya.
Karena walaupun hal itu Cuma mimpi
Abbas ra, tapi sudah berubah menjadi ucapan
Abbas ra karena ia telah mengucapkannya, dan
jika hal itu batil maka Sayyidina Abbas ra tak
akan menceritakannya, dan diperkuat pula Imam
Bukhari pada Shahih nya meriwayatkan ucapan
meniti kesempurnaan iman 65
Abbas ra itu, maka ucapan itu telah menjadi
hujjah, karena diucapkan oleh Sahabat besar,
Abbas bin Abdulmuttalib ra paman Nabi saw. Dan
diriwayatkan pada Shahih Bukhari.
Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di
masjid.
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid
Nabawiy yang lalu ditegur oleh Umar ra, lalu
Hassan berkata
“Aku sudah baca syair nasyidah disini
dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau
wahai Umar (yaitu Nabi saw) lalu Hassan berpaling
pada Abu Hurairah ra dan berkata: “Bukankah
kau dengar Rasul saw menjawab syairku dengan
doa: Wahai Allah bantulah ia dengan RuhulQudus?
maka Abu Hurairah ra berkata: “Betul” (shahih
Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits
No.2485).
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair
di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana
beberapa hadits shahih yang menjelaskan larangan
syair di masjid, namun jelaslah bahwa yang
66 meniti kesempurnaan iman
dilarang adalah syair – syair yang membawa pada
Ghaflah, pada keduniawian, namun syair – syair
yang memuji Allah dan Rasul-Nya maka hal itu
diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan
didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat
diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana
dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar
khusus untuk Hassan bin Tsabit di masjid agar
ia berdiri untuk melantunkan syair – syairnya
(Mustadrak ala Shahihain hadits No.6058, Sunan
Attirmidzi hadits No.2846) oleh Aisyah ra bahwa
ketika ada beberapa sahabat yang mengecam
Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata:
“Jangan kalian caci Hassan, sungguh ia itu selalu
membanggakan Rasulullah saw” (Musnad Abu
Ya’la Juz 8 hal 337).
Pendapat Para Imam dan Muhaddits
atas perayaan Maulid
1. Pendapat Imam Al Hafidh Ibn Hajar AlAsqalaniy
rahimahullah:
Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai
padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang
meniti kesempurnaan iman 67
ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang
berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul
saw bertanya maka mereka berkata
“Hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun
dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami
berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt,
maka bersabda Rasul saw:
“Kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”,
maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas
anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu
setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa
didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud
syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur ’an,
maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan
Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “Sungguh
Allah telah memberikan anugerah pada orangorang
mu’min ketika dibangkitkannya Rasul dari
mereka” (QS. Al Imran: 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin AsSuyuthi
rahimahullah:
Telah jelas padaku bahwa telah muncul
riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw berakikah
untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi
68 meniti kesempurnaan iman
(Ahaditsulmukhtarah hadis No.1832 dengan sanad
shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9
hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah
ber-aqiqah untuknya kakeknya Abdulmuttalib
saat usia beliau saw berunur 7 tahun, dan aqiqah
tak mungkin diperbuat dua kali.
Maka jelaslah bahwa aqiqah beliau saw
yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda
syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah
membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan
lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk
ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk
menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau
saw dengan mengumpulkan teman teman dan
saudara saudara, menjamu dengan makanan -
makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan
diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan
Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku
khusus mengenai perayaan maulid dengan nama
“Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
3.Pendapat Imam Al Hafidh AbuSyaamah
rahimahullah (guru Imam Nawawi):
Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia di
meniti kesempurnaan iman 69
zaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat
setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan
banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu
para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan
Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada
beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan
kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin
Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif
bitta’rif MaulidisSyariif:
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan
dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu? ia
menjawab:
“Di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap
malam senin, itu semua sebab aku membebaskan
budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas
kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah
menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari).
Maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an
turun mengatakannya di neraka mendapat
keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran
Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat
Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi
70 meniti kesempurnaan iman
saw? maka demi usiaku, sungguh balasan dari
Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh - sungguh
ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya
dengan sebab Anugerah-Nya.
5. Pendapat Imam Alhafidh Syamsuddin bin
Nashiruddin Addimasyqiy rahimahullah
dalam kitabnya Auridusshaadiy fii Maulidul
Haadiy:
Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’
Alhafidh Syamsuddin Aljazriy, yaitu menukil
hadits Abu Lahab.
6. Pendapat Imam Al Hafidh AsSakhawiy
rahimahullah dalam kitab Sirah
Al Halabiyah:
Berkata ”Tidak dilaksanakan maulid oleh
salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan
setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat
islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah
pada malamnya dengan berbagai macam sedekah
dan memperhatikan pembacaan maulid, dan
berlimpah terhadap mereka keberkahan yang
sangat besar”.
meniti kesempurnaan iman 71
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah:
Dalam syarahnya maulid Ibn Hajar berkata:
”Ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah
pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi
saw”.
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah:
Dengan karangan maulidnya yang terkenal
”Al Aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan
maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan
tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai
semua maksud dan keinginan bagi siapa yang
membacanya serta merayakannya”.
9. Imam Al Hafidh AlQasthalani rahimahullah:
Dalam kitabnya ”Al Mawahibulladunniyyah”
juz 1 hal 148 cetakan al maktab Al Islami berkata:
”Maka Allah akan menurukan rahmat-Nya kepada
orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw
sebagai hari besar”.
10. Imam Al Hafidh Al Muhaddits AbulKhattab
Umar bin Ali bin Muhammad rahimahullah
yang terkenal dengan Ibn Dihyah AlKalbi:
72 meniti kesempurnaan iman
Dengan karangan maulidnya yang bernama
”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”.
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin
Muhammad bin Abdullah AlJuzri
rahimahullah:
Dengan maulidnya ”Urfu at ta’rif bi maulid
assyarif”.
12. Imam Al Hafidh Ibn Katsir rahimahullah:
Yang karangan kitab maulidnya dikenal
dengan nama ”Maulid Ibn Katsir”.
13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy rahimahullah:
Dengan maulidnya ”Maurid al hana fi maulid
assana”.
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
rahimahullah:
Telah mengarang beberapa maulid ”Jaami’
al astar fi maulid nabi al mukhtar” 3 jilid,
”Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq”,
”Maurud asshadi fi maulid al hadi”.
meniti kesempurnaan iman 73
15. Imam AsSyakhawiy rahimahullah:
Dengan maulidnya ”Al fajr al ulwi fi maulid
an nabawi”.
16. Al Allamah Al faqih Ali Zainal Abidin
AsSyamuhdi:
Dengan maulidnya ”Al mawarid al haniah
fi maulid khairil bariyyah”.
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman
bin Ali bin Muhammad AsSyaibaniy yang
terkenal dengan nama Ibn Diba’:
Dengan maulidnya ”AdDibai’i”.
18. Imam Ibn Hajar Alhaitsami:
Dengan maulidnya ”Itmam anni’mah alal
alam bi maulid syayidi waladu adam”.
19. Imam Ibrahim Baajuri:
Mengarang hasiah atas maulid Ibn hajar
dengan nama ”Tuhfah al basyar ala maulid Ibn
hajar”.
74 meniti kesempurnaan iman
20. Al Allamah Ali Al Qari’:
Dengan maulidnya ”Maurud arrowi fi
maulid nabawi”.
21. Al Allamah Al Muhaddits Ja’far bin Hasan
AlBarzanji:
Dengan maulidnya yang terkenal ”Maulid
Barzanji”.
22. Al Imam Al Muhaddist Muhammad bin Jakfar
Al Kattani:
Dengan maulid ”Al yaman wal is’ad bi
maulid khair al ibad”.
23. Al Allamah Syeikh Yusuf bin Ismail
AnNabhaniy:
Dengan maulid ”Al jawahir an nadmu al
badi fi maulid as syafii’”.
24. Imam Ibrahim AsSyaibaniy:
Dengan maulidnya ”Al maulid musthofa
adnaani”.
meniti kesempurnaan iman 75
25. Imam Abdulghaniy Annablisy:
Dengan maulidnya ”Al alam al ahmadi fi
maulid muhammadi”.
26. Syihabuddin Al Halwani:
Dengan maulid ”Fath al latif fi syarah maulid
assyarif”.
27. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati:
Dengan maulid ”Al kaukab al azhar alal ’iqdu
al jauhar fi maulid nadi al azhar”.
28. AsSyeikh Ali Attanthowiy:
Dengan maulid ”Nur as shofa’ fi maulid al
musthofa”.
29. AsSyeikh Muhammad Al Maghribi:
Dengan maulid ”At tajaliat al khifiah fi maulid
khoir al bariah”.
Tiada satupun para Muhadditsin dan para
Imam yang menentang dan melarang hal ini,
mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan
Muhadditsin yang menentang maulid sebagaimana
76 meniti kesempurnaan iman
disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka
mereka ternyata hanya menggunting dan memotong
ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yang jelas
– jelas meniru kelicikan para misionaris dalam
menghancurkan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar